Senin, 17 Desember 2012

Momen Peringatan Hari Anti Korupsi


Muhasabah: Sudah Benarkah Salatku?
Oleh Rido Aprianda


Beberapa hari ini kita dikagetkan (udah sering juga sebenernya) dengan penetapan seorang menteri sebagai tersangka kasus korupsi. Kali kesekian pejabat publik tersandung pengkhianatan dan penistaan amanah. Kenapa korupsi makin akut saja? Bukankah sudah kita deklarasikan "lintah darat" ini sebagai musuh bersama? 

Menjelang peringatan Hari Anti Korupsi Se-dunia tgl 9 Desember, besok, kabar buruk menerpa upaya pemberantasan korupsi di negeri ini. Dari laporan KPK, terdapat 1.408 kasus korupsi dan merampok uang rakyat sebesar Rp39,3 T sepanjang 2004-2011 (Kompas, 5 Des 2012). Sebuah fakta mengejutkan bagi rezim yang 'katanya' konsen memberantas korupsi.

Di sisi lain, upaya pemberantasan korupsi juga terancam macet dengan ditariknya 13 penyidik Polri (Kompas, 6 Des 2012). (Huh, pening anak mudo mikirke kasus-kasus tuh). 

Di sini saya mencoba untuk mengurai simpul-simpul benang kusut, mungkin kurang berkuasa, namun setidaknya ada upaya. 

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia yang konon mengalahkan negara-negara jazirah arab dalam hal populasi muslim, perilaku korupsi seharusnya bisa lenyap dari negeri tercinta ini. Perilaku beragama yang benar dan kristalisasi nilai budaya luhur semestinya mampu mencegah orang melakukan tindakan tercela. 
Salat adalah upaya preventif menghindarkan diri dari perbuatan mungkar.

Pertanyaan besarnya adalah SUDAH BENARKAH IBADAHKU? SUDAH BENARKAH SALATKU?

Salat merupakan benteng hidup kita agar jangan sampai terjerumus ke dalam perbuatan keji dan munkar. 

Hal ini tampak jelas dalam firman Allah SWT :
"Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar" (QS. Al Ankabut 45)

Salat yang khusyu' mewujudkan suatu ibadah yang benar-benar ikhlas, pasrah terhadap zat Yang Maha Suci dan Maha Mulia. Di dalam salat tersebut kita meminta segala sesuatu dari-Nya, memohon petunjuk untuk mendapatkan jalan yang lurus, mendapat limpahan rahmat, rizki, barokah dan pahala dari-Nya. 

Oleh karena itu orang yang salatnya khusyu' dan ikhlas karena Allah SWT akan selalu merasa dekat kepada-Nya dan tidak akan menghambakan diri, tidak akan menjadikan panutan selain daripada Allah SWT. 

Dengan kata lain segala sesuatu yang dilakukan hanyalah karena Allah dan hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah. Maka pantaslah jika Allah berfirman :
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam salatnya" (QS. Al Mu'minuun 1-2)

Disamping itu salat juga membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang buruk, khususnya cara-cara hidup yang materialis yang menjadikan urusan duniawi lebih penting dari segala-galanya termasuk ibadah kepada Allah. Kebersihan dan kesucian jiwa ini digambarkan dalam sebuah hadits :

"Jikalau di pintu seseorang diantara kamu ada sebuah sungai dimana ia mandi lima kali, maka apakah akan tinggal lagi kotorannya (yang melekat pada tubuhnya)? Bersabda Rasulullah saw : 'Yang demikian itu serupa dengan salat lima waktu yang (mana) Allah dengannya (salat itu) dihapuskan semua kesalahan'." (HR. Abu Daud)

Yang dimaksud kesalahan disini adalah yang berupa dosa-dosa kecil, sedangkan yang berupa dosa besar tetap wajib dengan bertaubat kepada Allah.

Jadi pada hakikatnya salat itu mendidik jiwa kita agar terhindar dari sifat-sifat takabur, sombong, tinggi hati, dan sebagainya, serta mengarahkan kita agar selalu tawakal dan berserah diri kepada Allah SWT.

Sudah sangat jelas, salat adalah madrasah terbaik untuk memperbaiki diri, yang menjadi pertanyaan sekarang, "Dia kan salat tapi masih aja blangsak tuh? yang atu, nggak salat tapi adem ayem aja" Buya HAMKA (Haji Abdul Malik Bin Abdul Karim), ketua MUI I pernah ditanya demikian, beliau dengan entengnya menjawab, "Untung yang blangsak itu salat kalau nggak bisa jadi lebih parah. Dan yang adem ayem itu coba kalau dia salat pasti dia akan lebih baik lagi."

Tidaklah bijak mempersalahkan esensi salat, namun yang perlu ditelaah adalah benar tidaknya salat seseorang? Berdampak tidak pada perubahan perilaku? Bisa jadi mereka yang korup-korup itu menyempatkan diri tahajjud agar proyeknya gol!

Oleh karena itu, marilah kita memperbaiki diri, membenahi salat kita, mulai di awal waktu (karena ini sesungguhnya pendidikan disiplin waktu dan anti korupsi juga), tidak hanya mementikan aspek fikih saja tapi aspek khusyuknya, dan yang jelas pembentukan etika otonom bahwa Allah selalu mengawasi kita. 

Salat khusyuk dan benar, Hayyo!!
Korupsi, TAK PATUT!

:) 
*RA, 8-12-12

0 komentar:

Posting Komentar