Di suatu sore, ada seorang anak yang mengadu pada ayahnya
bahwa ia sering sekali tidak dapat menahan amarahnya, dia ingin ayahnya memberi
nasehat padanya agar dia dapat mengubah kebiasaannya itu.
“Bawakan ayah sebuah palu dan sekantong paku.”
Sang anak bingung, tapi segera dipenuhinyalah keinginan
ayahnya, sesaat kemudian sang anak telah datang kembali bersama palu dan
sekantong paku di tangannya.
“Cobalah kau lampiaskan amarahmu dengan memukulkan paku
itu ke pagar depan rumah kita. Setiap kali kau marah, pukullah satu paku di
pagar itu.”
Sang anak paham dengan perintah ayahnya. Hari pertama ada
sekitar 20 paku yang dipukulkannya kepagar rumahnya.
Setelah itu, dia sadar bahwa memukulkan paku kepagar
lebih sulit untuk dilakukan daripada menahan amarahnya.
Hari kedua ada sekitar 10 paku, hari berikutnya 5 paku,
dan sampai saat ketika ia tidak memukulkan satu paku pun di pagarnya, yang
berarti dia telah sukses menahan amarahnya seharian.
Sang anak mengadu kembali pada ayahnya,
“Ayah, hari ini tidak ada satu paku pun yang kupukul dipagar, itu berarti aku
sudah bisa menahan amarahku.”
Ayahnya tersenyum seraya berkata,
“Baiklah, setelah ini, cabutlah 1 paku dipagar itu untuk
satu hari yang kau lalui tanpa amarah.”
Sang anak mengerti.
Hari demi hari dilaluinya, dan selama itu pula ia terus
mencabut satu paku di pagarnya sampai tak ada satu paku pun yang tersisa
dipagar itu.
Lalu, Ayahnya berkata,
“Lihatlah anakku, paku yang telah kau tancapkan, akan
menjadi lubang dan berbekas dipagar itu. Begitupun jika kau tak pandai menjaga
amarahmu, kau akan meninggalkan bekas luka dihati orang-orang disekitarmu yang
menjadi pelampiasan amarahmu, melalui kata-katamu ataupun tingkah lakumu.”
***
La Tahgdab wa lakal jannah
Janganlah marah, bagimu surga
:
Janganlah marah, bagimu surga
:
0 komentar:
Posting Komentar