“Dan ALLAH sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.Dan ALLAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. al-Munaafiquun : 11)
(Q.S. al-Munaafiquun : 11)
Bismillaahirrohmaanirrohii
Assalaamu’alaykum warohmatullohi wabarokaatuh.
Saudaraku yang kucintai karena ALLAH, bolehkah kubertanya,
Berapakah umurmu kini? 19? 23? 10? Atau 17? Tinggal berapa lama hidupmu di dunia ini? Kapankah jarum waktumu akan berhenti? Kapankah tubuhmu akan mendingin dan membusuk? Tidak ada yang tahu, kecuali ALLAH ‘Azza Wajalla.
Saudaraku yang baik, kupilih dikau ‘tuk membaca ini, ‘tuk bersama meresapi, merenungi sejenak keterlenaan kita..
Duhai, sudah siapkah kita, bila detik ini ALLAH mengirim prajurit-Nya, “merampas” nyawa ini, sekarang, di tempat, di manapun kita berada?
Sudah siapkah kita, jika ALLAH mengambil kita kembali, dan dimasukkan-Nya kita ke tempat paling buruk di akhirat nanti?
Sudah siapkah kita, jika Jumat esok kiamat datang, memporak-porandakan segenap jagad dan seisinya?
“Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran.
Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”
(Q.S. al-Qaari’ah : 4-5)
Sudah siapkah kita, menghadapi pengadilan ALLAH, menyodorkan sedikit pengabdian kita pada-Nya, bila harus sekarang DIA menjemput ruh ini?
“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya.
Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
(Yaitu) api yang sangat panas.” (Q.S. al-Qaari’ah : 6-11)
Astaghfirulloh, semoga ALLAH senantiasa meneguhkan kita dalam agama-Nya. Aamiin.
Saudaraku…
Ketika hidup dengan limpahan harta yang meruah-ruah, rasanya seseorang mampu membeli apapun. Ntah mobil, ntah rumah mewah, ntah handphone atau mobile, ntah laptop canggih, apapun. Hampir semuanya. Tapi mampukah ia membeli waktu? Menangguhkan umurnya walau sedetik saja? Tidak.
Ketika hidup dengan paras yang demikian cantik, menawan seindah mawar-mawar padang pasir. Rasanya seorang wanita mampu menarik hati tiap incarannya, menebar senyum menggoda dan memesona. Ntah artis, ntah pengamen, ntah orang biasa mampu terpesona oleh cantiknya. Tapi bila tak ditutupnya “perhiasan”-nya, mampukah cantiknya itu memberi jaminan keindahan jannah-Nya? Tidak.
Ketika hidup dengan kecerdasan ala Einstein, menaklukkan banyak penemuan dan mesin canggih. Rasanya seseorang mampu merancang kendaraan tanpa roda, membangun rumah tahan banjir, menciptakan spesies baru, dan seterusnya. Namun mampukah ia mendesain mesin pemanjang umur? Atau mesin penolak siksa kubur? Atau paling tidak, mesin penguat iman? Tidak.
Ketika hidup rasanya terlalu indah, dinikmati dengan terlena. Hidup rasanya terlalu singkat, rugi kalau “tidak dimanfaatkan”, seakan-akan hidupnya abadi di dunia, setelah mati semua selesai dan tamat. Sibuk mengejar ambisi ini dan itu, tidak peduli halal haramnya, tidak peduli perlu tidaknya, dan tidak peduli akan ancaman kemurkaan ALLAH.
Namun sungguh, sedikiiit saja, adakah diri ini berusaha “menarik hati”-Nya? Adakah tangan ini menyentuh sajadah malam? Memohon ampun sedetik saja? Adakah dari dasar hati yang terdalam, lidah ini menuturkan, “Astaghfirullohal ‘adziiim, ya ALLAH ampunilah hamba…”?
Aih, ana menangis. Malam ini begitu dingin dan menusuk-nusuk tulang-tulangku. Umur ini kian berkurang, tapi rasanya tak kunjung siap kutemui Robb-ku. Tak kunjung siap kusebrangi rambut terbelah tujuh itu.
Demi ALLAH Yang Maha Menguasai tiap-tiap makhluk, jika jantung telah berhenti berdetak, jika nafas ini tak lagi terdengar, niscaya putus semua ambisi dan keserakahan. Putus semua kemewahan dan keegoisan.
Duhai, kita semua adalah kandidat mayat, calon penghuni kubur. Dan ALLAH menjanjikan hanya tiga hal, yang boleh kita bawa “pulang”:
“Jika seorang anak adam meninggal dunia, maka semua (pahala) amalnya terputus, kecuali (pahala) shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang selalu memanjatkan doa untuknya.” (HR. Muslim)
Selebihnya?
Tidak ada. Ntah itu limpahan harta menggunung, ntah itu kecantikan bak Cleopatra, ntah itu mobil mewah seharga pulau, ntah itu HP canggih yang dibangga-banggakan, ntah itu buku segudang kopi, ntah itu koleksi baju-baju trendy dan fashionable, tidak ada yang dibawa mati.
Tidak ada.
Hanya anakmu, shodaqohmu, dan ilmu yang kau tularkan yang mampu menolongmu.
Lalu bagaimana bila seorang anak tak mendoakan orang tuanya? Bagaimana bila tangan ini tak pernah menyisihkan walau seribu dua ribu saja? Atau, bagaimana bila kecerdasan ini pelit sekali berbagi ilmu, sibuk mempertahankan ego dan seterusnya?
Tidaklah berani kubayangkan, betapa menyedihkannya hidup seperti itu. Berakhir dengan kematian yang na’as dan tak berbekas.
“Sesungguhnya ALLAH menerima taubat seorang hamba
selama nyawa belum berada di kerongkongannya.
(HR. Tirmidzi, Hasan)
Sungguh, ana gemetar hebat. Hati yang baik niscaya akan berdegup kencang bila mengingat mati. Mengingat bahwa hidup ini hanya sebentar, hanya persinggahan, hanya tabungan untuk hidup abadi di akhirat nanti. Ntah itu di syurga, ntah itu di neraka. ALLAH-lah Yang Menentukan.
Di usiaku yang hampir menginjak kepala dua (ulang tahun?), di tengah muhasabah malam ini, ingin kuingatkan saudaraku di sana, yang membaca lewat LCDnya. Bahwa hidup di dunia takkan selama itu. Bila telah merayap nyawa ini ke kerongkongan, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Tidak ada lagi yang pantas kita banggakan. Dan tidak ada pula yang menolong kita.
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang sholih berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (Q.S. Faathir : 37)
Yaa ALLAH..
Dalam sujud kumemohon,
Ampuun, kadang hati ini lupa mensyukuri sejuta nikmat
Ampuun, kadang ambisi ini terlena dengan dunia
Ampuun, kadang diri ini lupa pada matinya
Ampuun yaa Robbiy..
Kadang diri ini lupa
Pada akhirnya ruh ini akan kembali pada-Mu
Pada akhirnya Izrail ‘kan datang menjemput
Pada akhirnya bumi akan terbelah dan muntah
Dan pada akhirnya putusan-Mu ‘kan tiba
Satu persatu mengadili,
Apakah jannah, apakah naar?
Berilah hamba dan saudara-saudara hamba
Hidayah ‘tuk memohon rahmat-Mu, memohon ampun-Mu
0 komentar:
Posting Komentar